HRD. Kata yang sudah tidak asing lagi
bukan? Mendengar kata tersebut saja, sudah langsung terbesit dalam pikiran kita
tentang perusahaan, seleksi karyawan, ataupun recruitment.
HRD memang berhubungan dengan ketiga hal di atas. Kebanyakan orang awam lebih
mengenal kata HRD dibandingkan dengan PIO (Psikologi Industri dan Organisasi). PIO
sendiri merupakan bidang psikologi yang mengkaji dan menerapkan psikolgi di
ranah industri dan organisasi. HRD merupakan bagian dari PIO. HRD biasanya
melakukan wawancara terhadap calon karyawan. Sebenarnya tujuan HRD melakukan
wawancara itu apa sih? Jawabannya mudah dan masuk akal, yaitu untuk mendapatkan
informasi mendalam mengenai calon karyawan. Walaupun calon karyawan telah
memberikan CV, namun wawancara akan sangat diperlukan untuk mengetahui calon
karyawan tersebut berbohong atau tidak.
Dalam wawancara sendiri, pewawancara
dapat mengobservasi tingkah laku calon karyawan selama wawancara. Gestur tubuh,
mimik, kontak mata, dan cara bicara dari calon karyawan. Hal-hal tersebut
merupakan kelebihan wawancara dalam bidang PIO. Sedangkan, kekurangannya adalah
saat pewawancara tidak mendengarkan dengan seksama jawaban dari calon karyawan.
Saat pewawancara tidak jeli, maka pewawancara dapat dikelabui oleh cara
karyawan.
Pengaplikasian wawancara dalam
bidang PIO bukan hanya pada saat seleksi karyawan baru, tetapi juga dapat
digunakan untuk promosi, rotasi, demosi, dan mutasi. Permasalahan yang dihadapi saat wawancara
adalah pelepasan emosional calon karyawan baru akan menghambat efisiensi waktu
wawancara. Salah satu cara untuk menanganinya adalah dengan sabar menunggu
calon karyawan tersebut bercerita. Selain itu, masalah lain yang tidak kalah
menarik adalah saat rekan 1 tim HRD tidak sependapat untuk menerima calon karyawan
yang menurut kita sesuai. Hal tersebut dapat dipahami karena dalam menyeleksi
karyawan, kita bukan bekerja secara personal namun tim. Yang dapat dilakukan
adalah rapat dengan tim HRD lainnya untuk menentukan keputusan yang terbaik.
Hallo effect juga merupakan masalah yang
kerap kali terjadi dalam proses wawancara. Saat calon karyawan berpakian
layaknya seorang eksekutif, tidak jarang pewawancara akan menganggap orang
tersebut merupakan seseorang yang pintar, berwibawa, dan bekerja keras. Hal
tersebut merupakan salah satu hallo
effect yang terjadi. Menilai objektif akan sangat diperlukan dalam hal ini.
Masalah terakhir yang dihadapi adalah saat karyawan baru yang sudah kita
tempatkan di suatu divisi tidak menunjukkan performa kerja yang baik.
Pemanggilan karyawan tersebut dan training akan sangat membantu permasalahan
tersebut.
Satu hal yang penting adalah kita tidak dapat hanya melakukan wawancara
untuk mendapatkan informasi. Melakukan wawancara, pemberian psikotes, dan
observasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal
tersebut berguna agar keputusan yang kita ambil tidak salah atau meleset.
No comments:
Post a Comment